Kamis, 30 Oktober 2008

crustasea dan keunikan molting

oleh Akbar Marzuki Tahya, SPi.

Crustasea namanya, organisme ini memiliki hal yang unik dan sangat menakjubkan yakni kemampuan untuk melakukan pergantian kulit (molting). organisme ini mempunyai mekanisme molting karena adanya tuntutan fisiologis untuk bertumbuh. Dengan adanya desakan internal dari tubuh organisme menyebabkan suatu mekanisme luar biasa ini terjadi dan mengakibatkan bagian luar dari tubuh tidak mampu mewadahi.
Akibat dari permintaan internal organisme kulit keras ini, maka mekanisme molting itu tidak bisa dielakkan sehingga karapaks mengalami retak dan lepas yang dimulai dari munculnya molting line pada bagian tertentu. Proses ini berlangsung secara terus menerus untuk kebutuhan pertumbuhan.
Fenomena yang tidak kalah menakjubkan dan kembali mengingatkan kita akan kesempurnaan penciptaan makhluk oleh sang Pencipta yakni terjadinya repigmentasi pada cangkang rajungan yang telah mengalami molting. Organisme crustasea yang memiliki nama ilmiah Portunus pelagicus ini memang memiliki kelebihan dari decapoda yang lain. Corak yang sangat menarik diperlihatkan oleh family portunidae ini, apalagi si jantan. Corak yang menarik tersebut terdapat pada cangkang spesies decapoda ini. Corak tersebut kembali bersih dan menyerupai corak semula sebelum mengalami molting.
Keunikan molting ini sekarang mulai diteliti oleh beberapa peneliti di bidang perikanan maupun biologi. Hal tersebut akan menjadi suatu ilmu pengetahuan yang baru untuk pengembangan wawasan mengenai makhluk hidup, mekanisme penciptaan dan makna penciptaan. Apabila kita dapat memaknai dan memberi arti dalam hidup ini maka akan banyak hal yang dapat menjadi bahan pelajaran untuk diterapkan/diamalkan demi kemaslahatan ummat manusia dan tentunya tidak melanggar kaidah alami. Namun dewasa ini tidak bisa kita pungkiri, bahwa terdapat banyak bentuk pemaksaan oleh orang-orang yang berakal dan mengaku berilmu dengan gelar yang beraneka ragam yang disandangnya untuk memaksa organisme demi keuntungan pribadi, penulis hanya dapat berkata naudzubillaki minjalik seraya mendoakan agar kita dapat bertobat dan kembali ke jalan yang lurus.
Munculnya kebijakan yang justru berasal dari negara lain mengenai animal welfare/animal right membuat kita merasa malu dan bertanya mengapa hal tersebut tidak muncul duluan dari Indonesia yang memiliki penduduk beragama?. Namun tidak apalah kita ikut saja, asalkan terlibat secara aktif untuk mendukung kesuksesan kegiatan tersebut.
Nah kembali ke masalah uniknya molting tersebut. Keunikan itu akan menjadi nilai tambah bagi usaha perikanan, sebab produksi kepiting lunak (softshelling crab) sangat menjanjikan karna memiliki nilai jual yang tinggi. Namun dalam proses produksi kembali penulis mengajak dan menghimbau untuk lebih memperhatikan dampak lingkungan dan comfortabilitas kultivan/organisme budidaya.

bisa juga diakses di www.akbarmarzukitahya-smart.blogspot.com